Senin, 24 November 2014

Icarus




Aku terlahir buta, dan demi Tuhan, tidak ada hal yang lebih pahit dari itu. Sejak bisa membaca menggunakan Braille, aku selalu belajar keras. Sisem syaraf optik, difraksi cahaya, farmakologi. Terpenting lagi adalah mengenai autobiografi dari orang-orang yang punya kekurangan sama denganku. Aku percaya bahwa suatu hari nanti, akan ada seseorang yang bisa menyudahi penderitaanku.

Sampai kemudian aku mendapat kesempatan untuk berpartisipasi dalam sebuah riset percobaan dengan manusia sebagai bahannya. Injeksi obat-obatan dilakukan semalaman. Kata-kata seperti menguap saat kulihat bayangan dunia yang hadir dalam hitam dan putih. Sebuah anugerah tak terbayang telah datang padaku. Aku memiliki penglihatan untuk mengenali wajah, bahkan mebaca!

Namun aku ingin melihat warna-warni yang lain.

Dustapun terlisan kemudian. Air mata buaya mengalir, aku meratap betapa para dokter tak memahami deritaku. Mengenai kekejaman atas harapan palsu yang mereka beri.

Dan mereka menaikkan dosis.

Mataku terbuka dan aku tersenyum saat mendapatkan sebuah visus sempurna. Namun aku masih menghendaki semua penglihatan natural yang ada. Anak-anak yang berbicara mengenai bentuk dan warna. Pria dan wanita yang bisa berkendara.

Aku menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar kata sempurna.

Mereka menambah dosis sekali lagi dan aku mampu melihat jauh lebih “baik” dari yang orang lain lihat. Menembus dinding, menembus seragam para perawat. Imajinasiku meliar, melahap segala kemungkinan yang ada. Aku menjadi manusia super. Aku tak bisa menahan godaan yang begitu menggebu dan menyesakkan. Aku memohon pada mereka untuk memberiku lebih. Aku berjanji bahwa jika kali ini tak berhasil, maka aku akan menyudahi percobaan ini.

Iri hati dan hasrat memang merupakan sebuah dosa besar.

Sekarang, dua hari setelahnya, aku akan melakukan apapun untuk normal kembali. Bahkan menjadi buta kembalipun, aku rela. Ada sebuah harga yang harus dibayar atas segala perbuatan atau keputusan. Semakin besar hal itu, semakin besar harga yang harus dibayar.

Kini aku terlalu banyak melihat. Aku melihat sebuah dimensi terlarang, sebuah dimensi tergelap dari semua mimpi buruk. Dimensi dimana segala yang ada di dalamnya tak lebih dari kumpulan keburukan dan kejahatan serta terror tanpa akhir.

Aku mampu melihat “Mereka.”

Dan percayalah padaku, mereka tidak suka terlihat.

***

Retold and translated from: areyouscaredyet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar