Senin, 24 November 2014

Jennifer

Foto: JENNIFER

Source : scaryforkids
Retold and translated by : Lilac

Suatu hari, aku sedang berburu di hutan. Tak berapa lama aku mendengar suara aneh di kejauhan. Suaranya terdengar seperti seorang gadis yang tengah menangis. Aku mencari asal suara itu yang membawaku sampai ke sebuah tanah kosong ditengah hutan.

Aku melihat sesuatu yang sungguh mengejutkan. 

Ada seorang pria yang berdiri di sebelah gadis muda. Tangan si gadis terikat ke belakang dan ia dibaringkan di atas pohon yang sudah ditebang. Pria itu memegang kapak di tangannya. Sepertinya pria tersebut ingin membunuhnya. 

“Hey kau! Berhenti!” teriakku. “Letakkan kapaknya atau kutembak!”

Ia tidak mempedulikanku. 

Aku menembakkan tembakan peringatan. 

Pria tersebut bahkan tidak melihatku. Matanya menunjukkan kegilaan yang amat sangat.

“Aku sudah memperingatkanmu!” teriakku.

Aku mengarahkan senapanku padanya. 

Pria itu mengangkat kapak keatas kepalanya. 

Aku menarik pelatuk senapanku.

Dor! Sebuah peluru bersarang di dadanya, membuatnya terjatuh ke tanah. 

Aku berlari menghampiri gadis yang menangis itu. Pria tersebut menggeser tubuhnya ke sebelah si gadis. Bibirnya bergerak-gerak, mencoba untuk berbicara.

“Jennifer…” erangnya.

Kemudian, matanya terpejam dan ia menghembuskan napas terakhirnya. Aku ingin memeriksa apakah gadis muda itu baik-baik saja, tetapi ketika aku melihatnya, aku begitu ketakutan.

Itu merupakan pemandangan yang paling mengerikan yang pernah kulihat. Wajahnya benar-benar hancur, bahkan aku ingin muntah ketika melihatnya. 

“Apakah kau baik-baik saja?” aku menahan napas saat bertanya kepadanya. “Apakah dia melukaimu?”

Gadis itu tidak dapat berbicara. Sepertinya ia tidak mengerti apa semua yang aku katakan.
 
Aku ingin melaporkan kepada polisi, tetapi aku takut polisi tidak mempercayaiku. Bagaimana jika mereka menuntutku karena telah membunuh? Tidak ada saksi lain. Gadis ini tidak akan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak punya pilihan. 

Aku memutuskan untuk merahasiakan semuanya. Aku meninggalkkan tubuh pria itu di tempat ditempat ia mati dan menutupinya dengan dedaunan. Aku membawa gadis itu kerumah. Tidak ada yang bisa aku lakukan. Aku berpikir istri dan anak-anakku akan mengerti, tetapi saat mereka melihat Jennifer, mereka ketakutan setengah mati. Aku bilang pada mereka bahwa Jennifer akan tinggal bersama dengan kami sementara waktu. 

Beberapa minggu berikutnya bagaikan neraka. Anak-anakku tidak berani untuk melihat wajah mengerikan Jennifer. Istriku memohon untuk menyingkirkan Jennifer dari rumah kami. Ia berkata bahwa Jennifer membuat keluarganya berantakan. Kehidupan kami menjadi mimpi buruk yang tak berakhir. Semua karena Jennifer.

Aku mencoba membawanya ke panti asuhan, tetapi ia menolak untuk meninggalkan rumah. Setiap kali aku mencoba untuk membawanya pergi, ia akan memanjat perabotan, menggigit, mencakar dan menendang kami. Kemudian, ia akan memandangiku dengan matanya yang bulat dan mulai menangis. Aku menyerah. Aku tidak punya hati untuk mengusirnya dari rumah.

Istriku akhirnya capek dengan semuanya, dan ia meninggalkanku. Ia membawa anak-anakku bersamanya. 

Aku jadi bertekad untuk mengenyahkan Jennifer untuk selamanya. Aku pergi ke sirkus keliling dan membujuk pemiliknya untuk membawa Jennifer. Aku berkata padanya bahwa ia bisa memamerkan Jennifer sebagai makhluk aneh di pertunjukkannya. Aku memberikannya alamat dan menyerahkan kunci rumah. 

Aku tidak pulang ke rumah selama 3 hari. Ketika akhirnya aku pulang, rumahku kosong dan kunci berada di bawah keset. Aku menghela napas lega. Akhirnya aku bebas dari Jennifer.

Aku akan menghubungi istriku dan memberitahunya bahwa semuanya sudah selesai dan ia serta anak-anakku bisa pulang ke rumah. Kemudian, aku mengambil minum. Aku membuka kulkas dan berteriak ketakutan. 

Di dalam kulkas terdapat mayat seorang pria yang telah termutilasi. Pria itu adalah pemilik sirkus keliling. Ia berlumuran darah dan ususnya berserakan. Pria itu sudah dimakan sebagian.

“Jennifer,” erangku.

Malam itu, aku mengubur mayatnya di halaman belakang. Jennifer hanya berdiri di jendela dan memandangiku. Aku sudah kehabisan akal. Aku tidak bisa berpikir bagaimana cara untuk menyingkirkannya. Ia tinggal disisiku, membebaniku seperti jangkar yang dilingkarkan di leherku.

Aku mulai minum dan mabuk. Aku tidak mau berpikir lagi. Aku tidak mau mengingatnya. Saat mabuk, satu hari berlalu dengan cepat. 

Kemudian di suatu hari, aku membaca koran.
“Seorang anak telah hilang,” tertulis di headline. 

Aku merasa gejolak di perutku. Aku mencari Jennifer, aku takut dengan apa yang mungkin akan aku temukan. 

Pintu gudang bawah tanah agak terbuka. Ketika aku membukanya dan menemukan pemandangan mengerikan. Jennifer membungkuk di anak tangga paling bawah. Ketika mataku mulai terbiasa dengan kegelapan, aku melihat apa yang sedang dia lakukan di bawah sana. Ia sedang memakan mayat seorang anak laki-laki.

Yang terjadi kemudian seperti mimpi. Aku ingat mengambil kapak. Aku ingat aku menggenggam tangan Jennifer dan menyeretnya keluar rumah. Aku ingat ia memandangiku dengan matanya yang mengerikan.

Kemudian, tanpa kusadari, kami berada di hutan, jauh, jauh sekali dari rumahku dan aku mengikat tangan Jennifer di punggungnya. 

Aku membaringkannya di atas pohon yang telah ditebang dan mengambil kapak. 

Ketika aku mengangkat kapakku, aku mendengar teriakan seorang pria, 

“Hey kau, berhenti!”

Aku terlalu fokus sampai tidak menghiraukannya.

Suara tembakan menggema.

Kemudian tiba-tiba aku sudah terbaring di tanah, mulutku memuntahkan darah. Pria itu berdiri disebelahku. 

Aku mencoba meperingatkannya sebelum kehidupan meninggalkanku, tetapi aku tidak bisa berbicara. Yang bisa aku ucapkan hanya satu kata.

"...Jennifer...."

Source : scaryforkids
Retold and translated by : Lilac

Suatu hari, aku sedang berburu di hutan. Tak berapa lama aku mendengar suara aneh di kejauhan. Suaranya terdengar seperti seorang gadis yang tengah menangis. Aku mencari asal suara itu yang membawaku sampai ke sebuah tanah kosong ditengah hutan.

Aku melihat sesuatu yang sungguh mengejutkan.

Ada seorang pria yang berdiri di sebelah gadis muda. Tangan si gadis terikat ke belakang dan ia dibaringkan di atas pohon yang sudah ditebang. Pria itu memegang kapak di tangannya. Sepertinya pria tersebut ingin membunuhnya.

“Hey kau! Berhenti!” teriakku. “Letakkan kapaknya atau kutembak!”

Ia tidak mempedulikanku.

Aku menembakkan tembakan peringatan.

Pria tersebut bahkan tidak melihatku. Matanya menunjukkan kegilaan yang amat sangat.

“Aku sudah memperingatkanmu!” teriakku.

Aku mengarahkan senapanku padanya.

Pria itu mengangkat kapak keatas kepalanya.

Aku menarik pelatuk senapanku.

Dor! Sebuah peluru bersarang di dadanya, membuatnya terjatuh ke tanah.

Aku berlari menghampiri gadis yang menangis itu. Pria tersebut menggeser tubuhnya ke sebelah si gadis. Bibirnya bergerak-gerak, mencoba untuk berbicara.

“Jennifer…” erangnya.

Kemudian, matanya terpejam dan ia menghembuskan napas terakhirnya. Aku ingin memeriksa apakah gadis muda itu baik-baik saja, tetapi ketika aku melihatnya, aku begitu ketakutan.

Itu merupakan pemandangan yang paling mengerikan yang pernah kulihat. Wajahnya benar-benar hancur, bahkan aku ingin muntah ketika melihatnya.

“Apakah kau baik-baik saja?” aku menahan napas saat bertanya kepadanya. “Apakah dia melukaimu?”

Gadis itu tidak dapat berbicara. Sepertinya ia tidak mengerti apa semua yang aku katakan.

Aku ingin melaporkan kepada polisi, tetapi aku takut polisi tidak mempercayaiku. Bagaimana jika mereka menuntutku karena telah membunuh? Tidak ada saksi lain. Gadis ini tidak akan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak punya pilihan.

Aku memutuskan untuk merahasiakan semuanya. Aku meninggalkkan tubuh pria itu di tempat ditempat ia mati dan menutupinya dengan dedaunan. Aku membawa gadis itu kerumah. Tidak ada yang bisa aku lakukan. Aku berpikir istri dan anak-anakku akan mengerti, tetapi saat mereka melihat Jennifer, mereka ketakutan setengah mati. Aku bilang pada mereka bahwa Jennifer akan tinggal bersama dengan kami sementara waktu.

Beberapa minggu berikutnya bagaikan neraka. Anak-anakku tidak berani untuk melihat wajah mengerikan Jennifer. Istriku memohon untuk menyingkirkan Jennifer dari rumah kami. Ia berkata bahwa Jennifer membuat keluarganya berantakan. Kehidupan kami menjadi mimpi buruk yang tak berakhir. Semua karena Jennifer.

Aku mencoba membawanya ke panti asuhan, tetapi ia menolak untuk meninggalkan rumah. Setiap kali aku mencoba untuk membawanya pergi, ia akan memanjat perabotan, menggigit, mencakar dan menendang kami. Kemudian, ia akan memandangiku dengan matanya yang bulat dan mulai menangis. Aku menyerah. Aku tidak punya hati untuk mengusirnya dari rumah.

Istriku akhirnya capek dengan semuanya, dan ia meninggalkanku. Ia membawa anak-anakku bersamanya.

Aku jadi bertekad untuk mengenyahkan Jennifer untuk selamanya. Aku pergi ke sirkus keliling dan membujuk pemiliknya untuk membawa Jennifer. Aku berkata padanya bahwa ia bisa memamerkan Jennifer sebagai makhluk aneh di pertunjukkannya. Aku memberikannya alamat dan menyerahkan kunci rumah.

Aku tidak pulang ke rumah selama 3 hari. Ketika akhirnya aku pulang, rumahku kosong dan kunci berada di bawah keset. Aku menghela napas lega. Akhirnya aku bebas dari Jennifer.

Aku akan menghubungi istriku dan memberitahunya bahwa semuanya sudah selesai dan ia serta anak-anakku bisa pulang ke rumah. Kemudian, aku mengambil minum. Aku membuka kulkas dan berteriak ketakutan.

Di dalam kulkas terdapat mayat seorang pria yang telah termutilasi. Pria itu adalah pemilik sirkus keliling. Ia berlumuran darah dan ususnya berserakan. Pria itu sudah dimakan sebagian.

“Jennifer,” erangku.

Malam itu, aku mengubur mayatnya di halaman belakang. Jennifer hanya berdiri di jendela dan memandangiku. Aku sudah kehabisan akal. Aku tidak bisa berpikir bagaimana cara untuk menyingkirkannya. Ia tinggal disisiku, membebaniku seperti jangkar yang dilingkarkan di leherku.

Aku mulai minum dan mabuk. Aku tidak mau berpikir lagi. Aku tidak mau mengingatnya. Saat mabuk, satu hari berlalu dengan cepat.

Kemudian di suatu hari, aku membaca koran.
“Seorang anak telah hilang,” tertulis di headline.

Aku merasa gejolak di perutku. Aku mencari Jennifer, aku takut dengan apa yang mungkin akan aku temukan.

Pintu gudang bawah tanah agak terbuka. Ketika aku membukanya dan menemukan pemandangan mengerikan. Jennifer membungkuk di anak tangga paling bawah. Ketika mataku mulai terbiasa dengan kegelapan, aku melihat apa yang sedang dia lakukan di bawah sana. Ia sedang memakan mayat seorang anak laki-laki.

Yang terjadi kemudian seperti mimpi. Aku ingat mengambil kapak. Aku ingat aku menggenggam tangan Jennifer dan menyeretnya keluar rumah. Aku ingat ia memandangiku dengan matanya yang mengerikan.

Kemudian, tanpa kusadari, kami berada di hutan, jauh, jauh sekali dari rumahku dan aku mengikat tangan Jennifer di punggungnya.

Aku membaringkannya di atas pohon yang telah ditebang dan mengambil kapak.

Ketika aku mengangkat kapakku, aku mendengar teriakan seorang pria,

“Hey kau, berhenti!”

Aku terlalu fokus sampai tidak menghiraukannya.

Suara tembakan menggema.

Kemudian tiba-tiba aku sudah terbaring di tanah, mulutku memuntahkan darah. Pria itu berdiri disebelahku.

Aku mencoba meperingatkannya sebelum kehidupan meninggalkanku, tetapi aku tidak bisa berbicara. Yang bisa aku ucapkan hanya satu kata.

"...Jennifer...."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar